Kabar duka menyelimuti industri perfilman Indonesia dengan berpulangnya sang aktor legendaris, Ray Sahetapy pada Selasa, 1 April 2025. Kabar ini pertama kali disampaikan oleh sang anak, Surya Sahetapy melalui unggahan Instagram-nya. Ayahnya meninggal di usia 68 tahun setelah menjalani perawatan intensif di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat.
Sejak 2017, kondisi kesehatan Ray Sahetapy terus menurun akibat diabetes yang dideritanya, dan memburuk setelah mengalami stroke pada 2023. Sebulan sebelum kepergiannya, ia menjalani perawatan intensif karena komplikasi penyakit yang dideritanya.
Bernama lengkap Ferenc Raymond Sahetapy, ia dikenal sebagai salah satu aktor paling disegani di generasinya, dengan karakter dan akting mendalam yang mewarnai perfilman Indonesia selama lebih dari empat dekade. Penampilannya yang ikonik dalam film-film drama, seperti Tatkala Mimpi Berakhir (1987) dan Jangan Bilang Siapa-Siapa (1990) menjadikannya sosok yang dihormati di dunia seni peran.
Bahkan, hingga era modern, Ray Sahetapy tetap memancarkan karisma dan kemampuan akting luar biasa yang terus mengukuhkan namanya di industri film. Untuk mengenang perjalanan karier sang aktor, berikut Popbela bagikan 10 film terbaiknya yang wajib ditonton.
1. Sebelum Iblis Menjemput (2018)
Dalam film horor kali ini, Ray Sahetapy memerankan Lesmana, seorang ayah yang terlibat perjanjian dengan iblis. Film Sebelum Iblis Menjemput mengisahkan tentang Alfie (Chelsea Islan), seorang wanita muda yang harus menghadapi teror mengerikan ketika ia dan saudara-saudara tirinya mengunjungi vila tua milik ayah mereka, Lesmana, yang misterius.
Mereka pun menemukan bahwa Lesmana terlibat dalam perjanjian dengan iblis untuk mendapatkan kekayaan, dan perjanjian itu kini menuntut balas.
Di dalam vila yang terpencil itu, Alfie dan saudara-saudaranya mulai mengalami kejadian-kejadian supranatural yang menakutkan. Rahasia gelap masa lalu keluarga mereka terungkap, dan mereka harus berjuang untuk bertahan hidup melawan kekuatan jahat yang mengancam untuk menghancurkan mereka.
Film ini penuh dengan adegan-adegan menegangkan dan efek khusus yang intens sehingga menciptakan atmosfer horor yang mencekam.
2. The Raid (2011)
Film aksi yang mendunia ini menampilkan Ray Sahetapy sebagai Tama Riyadi, seorang gembong narkoba yang kejam. Dari sinilah, ia mendapatkan penghargaan pertamanya dalam kategori Pemeran Pendukung Pria Terbaik di Indonesian Movie Actors Awards 2013.
Film The Raid berawal ketika sebuah tim SWAT yang melakukan penggerebekan di sebuah gedung apartemen yang dikuasai oleh gembong narkoba kejam, Tama Riyadi. Namun, penggerebekan tersebut berubah menjadi mimpi buruk ketika mereka terjebak di dalam gedung dan harus berjuang untuk bertahan hidup melawan puluhan penjahat bersenjata.
Di tengah kekacauan dan pertumpahan darah, Rama (Iko Uwais), salah satu anggota tim SWAT, harus menggunakan semua keahlian bela dirinya untuk melawan para penjahat dan mencapai lantai atas gedung, tempat Tama berada.
Film ini dikenal dengan adegan-adegan aksi yang intens dan koreografi bela diri yang memukau, menjadikannya salah satu film aksi terbaik dari Indonesia. Tak heran bila The Raid bisa masuk ke Festival Film Toronto 2011 dan diputar pada beberapa festival film internasional lainnya.
3. Ponirah Terpidana (1984)
Akting Ray Sahetapy sebagai Jarkasi dalam film ini membuatnya dinominasikan untuk Piala Citra Festival Film Indonesia 1984. Ponirah Terpidana menceritakan kehidupan Ponirah (Nani Vidia), seorang wanita muda yang sejak kecil dianggap membawa kesialan. Setelah mengalami berbagai tragedi, ia dibawa oleh pelayannya, Trindil (Christine Hakim), dan tumbuh besar dalam lingkungan yang keras.
Ketika dewasa, Ponirah tergoda oleh rayuan Jarkasi, seorang calo pencari wanita muda yang membawanya ke Jakarta dengan janji kehidupan yang lebih baik, meskipun alasan sebenarnya adalah untuk dijadikan wanita penghibur di ibu kota.
Di Jakarta, Ponirah bertekad untuk menjadi wanita penghibur termahal. Sementara itu, Jarkasi, yang sebenarnya jatuh cinta padanya, merasa tidak berdaya menghadapi ambisi Ponirah. Konflik semakin memanas ketika Guritno (Slamet Rahardjo), paman Ponirah, muncul untuk mencarinya.
4. Chrisye (2017)
Film biopik ini mengisahkan perjalanan hidup penyanyi legendaris Chrisye, dengan Ray Sahetapy berperan sebagai ayah Chrisye.
Film ini tidak hanya menceritakan kesuksesan Chrisye (Vino G. Bastian) di dunia musik, tetapi juga sisi lain dari kehidupannya, termasuk perjuangannya dalam mencapai impiannya, kegelisahan yang selalu menghantuinya, dan kisah cintanya dengan sang istri, Damayanti Noor (Velove Vexia).
Film ini menggambarkan bagaimana Chrisye berjuang untuk membuktikan bakat musiknya kepada ayahnya. Selain itu, film ini juga menyoroti perjalanan spiritual Chrisye dalam mencari makna hidup, yang akhirnya menginspirasinya untuk menciptakan lagu "Ketika Tangan dan Kaki Berkata".
5. Haji Backpacker (2014)
Di sini, Ray Sahetapy melakoni peran sebagai ayah Mada, seorang pria yang mencari jati diri melalui perjalanan spiritual. Film Haji Backpacker mengisahkan perjalanan spiritual seorang pria bernama Mada (Abimana Aryasatya) yang merasa kecewa dengan Tuhan setelah mengalami berbagai cobaan hidup.
Ia memutuskan untuk meninggalkan kehidupannya dan melakukan perjalanan tanpa tujuan yang jelas. Dalam perjalanannya, Mada mengunjungi sembilan negara di Asia, termasuk Tiongkok, Thailand, India, dan Arab Saudi.
Di setiap negara yang dikunjunginya, Mada bertemu dengan orang-orang yang memberikan pelajaran hidup berharga. Ia belajar tentang arti kesabaran, keikhlasan, dan pentingnya hubungan antarmanusia.
Perjalanannya ini membawanya pada titik balik, ketika ia mulai merenungkan kembali keyakinannya dan mencari makna sejati dari hidupnya.
6. I Am Hope (2016)
Ray Sahetapy berperan sebagai dr. Hadi, seorang dokter yang membantu seorang gadis penderita kanker untuk meraih mimpinya. Dalam film I Am Hope, Mia (Tatjana Saphira), dikisahkan sebagai seorang gadis muda yang berjuang melawan kanker. Di tengah perjuangannya, Mia memiliki impian besar untuk mewujudkan pertunjukan teater impiannya.
Film ini menggambarkan perjuangan Mia dalam menghadapi penyakitnya, dengan mendapatkan harapan dari dukungan keluarga dan teman-temannya, serta semangatnya untuk tetap berkarya dan meraih mimpinya. Film ini juga menyoroti peran dr. Hadi, seorang dokter yang memberikan dukungan moral dan medis kepada Mia.
7. Dilema (2012)
Film antologi ini menampilkan Ray Sahetapy sebagai Gilang dalam salah satu segmennya. Film Dilema disutradarai oleh lima sutradara berbeda. Film ini terdiri dari lima segmen cerita yang saling berkaitan, menggambarkan sisi gelap dan terang kehidupan di Jakarta.
Setiap segmen mengangkat dilema moral yang dihadapi oleh karakter-karakternya, mulai dari seorang polisi muda yang dihadapkan pada korupsi, seorang arsitek sukses yang terjebak dalam konspirasi besar, hingga seorang mantan penjudi yang berusaha menebus kesalahan masa lalunya.
Film ini mengeksplorasi lika-liku kehidupan manusia dalam menghadapi pilihan-pilihan sulit. Setiap karakter harus bergulat dengan hati nurani mereka, mempertanyakan nilai-nilai moral, dan menghadapi konsekuensi dari tindakan mereka.
Dilema menyajikan potret kehidupan yang realistis dan penuh intrik dari setiap orang memiliki sisi gelap dan terang dalam diri mereka.
8. Ini Kisah Tiga Dara (2016)
Film musikal yang terinspirasi dari film klasik Tiga Dara ini menampilkan Ray Sahetapy sebagai Krisna. Film Ini Kisah Tiga Dara mengisahkan tentang tiga saudara perempuan, Gendis (Shanty Paredes), Ella (Tara Basro), dan Bebe (Tatyana Akman), yang tinggal bersama ayah mereka bernama Krisna, dan nenek mereka, Oma (Titiek Puspa). Mereka tinggal di Maumere, Flores, tempat di mana mereka mengelola sebuah hotel butik.
Oma sangat khawatir karena Gendis, yang merupakan anak tertua, belum menikah. Oma berusaha menjodohkan Gendis dengan seorang pengusaha muda bernama Yudha (Rio Dewanto). Sementara itu, Ella juga tertarik pada Yudha, dan si bungsu Bebe menjalin hubungan dengan seorang tamu hotel.
Film ini menggambarkan dinamika hubungan antara ketiga saudara perempuan, serta perjuangan mereka dalam mencari cinta dan kebahagiaan. Film ini juga menampilkan keindahan alam Flores dan budaya lokal.
9. Comic 8: Casino Kings (2015)
Dalam film komedi aksi ini, Ray Sahetapy berperan sebagai Bung Ray. Film Comic 8: Casino Kings merupakan sebuah sekuel dari film Comic 8. Film ini melanjutkan petualangan delapan agen rahasia yang menyamar sebagai komika.
Mereka kembali beraksi dalam sebuah misi yang lebih berbahaya, yaitu mengungkap kejahatan seorang bos kriminal bernama The King (Sophia Latjuba).
Dalam misi ini, mereka harus menyusup ke kasino terbesar di Asia yang dimiliki oleh The King. Di sana, mereka menghadapi berbagai rintangan dan musuh yang mengancam nyawa mereka.
Film ini dipenuhi dengan adegan aksi yang kocak, dialog-dialog jenaka, dan plot yang penuh kejutan. Comic 8: Casino Kings menyajikan kombinasi unik antara komedi dan aksi yang menghibur.
10. Lokananta (2024)
Film yang dirilis pada tahun 2024 ini menjadi karya terakhir dari Ray Sahetapy, yang melakoni peran sebagai Abi, ayahnya Ananta. Film Lokananta bermula ketika Ananta (Fiedra Azalia), seorang muslimah berhijab dengan kecintaan besar pada musik, merasa terkekang oleh orang tuanya yang menghalangi mimpinya.
Keputusannya untuk pergi semakin kuat setelah bertemu Loka, pria asal Minahasa Utara yang memiliki keyakinan berbeda dengannya.
Keduanya jatuh cinta, namun perbedaan agama menjadi penghalang besar dalam hubungan mereka. Di tengah dilema itu, Ananta memilih memenuhi keinginan ayahnya untuk melanjutkan studi ke Kairo.
Jarak yang memisahkan antara Jakarta dan Kairo justru semakin memperkuat rasa rindu mereka, meski kenyataan tetap tak berpihak. Sekembalinya ke Indonesia, Ananta dihadapkan pada pilihan sulit: menikahi Syafir (Syakir Daulay), pria Muslim pilihan keluarganya, atau kembali kepada Loka, yang telah mengisi hatinya.
Sementara itu, Loka juga memiliki Syan (Rinoa Aurora), perempuan yang sangat mencintainya. Cinta yang mereka perjuangkan dengan sepenuh hati terus terhalang oleh dinding perbedaan yang begitu tebal, menjadikan takdir mereka semakin sulit untuk bersatu.
Itulah 10 film terbaik yang pernah dibintangi Ray Sahetapy. Kepergian sang aktor senior meninggalkan kenangan berharga bagi perfilman Indonesia. Dengan dedikasi dan kepiawaian aktingnya, ia telah menghidupkan berbagai karakter yang tak hanya menghibur, tetapi juga meninggalkan kesan mendalam bagi penonton.
Selamat jalan, Ray Sahetapy. Rest in peace.