Kepergian Ricky Siahaan, gitaris band metal Seringai, meninggalkan duka mendalam di industri musik Indonesia, terutama metal. Sosok yang juga pernah menjadi jurnalis musik di Rolling Stone Indonesia ini tutup usia di Jepang, Sabtu (19/4), diduga akibat serangan jantung, meski belum ada pernyataan resmi baik dari keluarga maupun manajemen band Seringai.
Berita duka ini awalnya tersebar di lingkaran teman dekat Ricky, yang kemudian dikonfirmasi bahwa berita tersebut benar. Kabar meninggalnya Ricky Siahaan sontak mengejutkan banyak pihak karena beberapa jam sebelumnya, ia masih manggung bersama Seringai di Gekiko Fest 2025.
Lewat tulisan tentang profil Ricky Siahaan ini, mari mengenang perjalanan hidupnya yang telah banyak berkontribusi untuk industri musik Indonesia.
Biodata Ricky Siahaan
Ricky Siahaan lahir di Tanjung Pandan, Belitung pada 5 Mei 1976. Pemilik nama lengkap Ricardo Bisuk Juara Siahaan ini menikah dengan Tabita, pada 14 Februari 2009. Pasangan ini lalu dikaruniai seorang putri bernama Kara Charmanita Haomasan Siahaan pada tanggal 4 November 2009.
Mengutip dari akun LinkedIn miliknya, Ricky Siahaan sempat mengenyam pendidikan S-1 di Universitas Trisakti. Dalam rentang waktu 1995–2001, ia mempelajari ilmu manajemen, bisnis, dan layanan pendukungnya.
Perjalanan bermusik Ricky Siahaan
Sejak masih SD, Ricky Siahaan adalah penggemar berat musik rock. Hal itulah yang membuatnya tertarik untuk belajar memainkan gitar. Band-band hard rock favoritnya antara lain Mötley Crüe, Iron Maiden, dan Metallica.
Pada 1995, Ricky baru serius mempelajari alat musik petik tersebut dan membentuk band bernama Chapter 69. Ia melakukannya bersama Deddy Mahendra Desta dan Cliff Rompies, dua teman sekolahnya di SMA Negeri 68 Jakarta. Dari sinilah dirinya mulai bergaul dengan berbagai band dan komunitas yang kerap berkumpul di Poster Cafe. Puppen, band hardcore asal Bandung, menjadi salah satu grup yang dikaguminya.
Pada 1999, Ricky Siahaan ditawari untuk menjadi gitaris Stepforward, band hardcore yang juga ia ketahui dari Poster Cafe. Mereka merilis album Stories of Undying Hope pada tahun 2001. Meski tak terlalu aktif, band ini sesekali menerima tawaran manggung di beberapa festival musik seperti Java Rockin’ Land 2011, Rock In Celebes 2016, dan Synchronize Festival 2019.
Ricky Siahaan paling aktif bersama Seringai, band metal yang ia bentuk bersama mantan vokalis Puppen, Arian13, dan Edy Khemod. Ketiganya sempat membentuk Derai, tetapi tak bertahan lama. Seringai resmi terbentuk pada 2002 dengan tambahan Toan Sirait pada bas yang kemudian digantikan oleh Sammy Bramantyo.
Tak hanya berperan sebagai gitaris, Ricky Siahaan juga menjadi komponis dan produser untuk Seringai. Band ini telah meluncurkan satu album mini, High Octane Rock (2004), serta tiga album penuh, yakni Serigala Militia (2007), Taring (2012), dan Seperti Api (2018). Selain itu, mereka juga berhasil ditunjuk sebagai band pembuka di konser Metallica, band idola masa kecil Ricky, yang digelar di Stadion Gelora Bung Karno pada 2013 lalu.
Eksplorasi musik Ricky rupanya tak berhenti meski Seringai sudah cukup punya nama. Pada 2006, ia pernah membentuk band metal Deadsquad bersama Stevie Item. Sayangnya, ia memutuskan untuk undur diri karena kesibukannya di luar band.
Karier Ricky Siahaan di industri media
Pengetahuan Ricky Siahaan yang luas di dunia musik membuatnya terjun ke dunia jurnalistik musik. Perjalanannya diawali dengan menjadi produser di stasiun radio MTV On Sky (kini Trax FM).
Puncaknya adalah ketika Majalah Rolling Stone beroperasi di Indonesia pada 2005. Ricky Siahaan kala itu masih ditunjuk sebagai Editor. Secara berangsur, posisinya naik menjadi Senior Editor Editor lalu menjadi Managing Editor dengan Adib Hidayat sebagai Editor-in-Chief, hingga majalah ini berhenti beroperasi pada 2017.
Passion-nya di dunia jurnalistik tak lantas padam begitu saja. Usai sempat rehat selama lima tahun, Ricky Siahaan ditunjuk menjadi Chief Executive Officer (CEO) media pop culture bernama Whiteboard Journal.
Sempat jadi manajer Iko Uwais
Di samping kesibukannya sebagai jurnalis musik dan gitaris Seringai, Ricky Siahaan sempat menjadi manajer Iko Uwais. Keduanya pertama kali berkenalan pada 2015. Saat itu, Audy dan Stevi Item meminta bantuannya untuk menemani sang aktor ke Los Angeles dalam rangka bertemu dengan Peter Berg, sutradara dan produser yang berminat mengajaknya bekerja sama.
Karena urusan tersebut berjalan dengan lancar, Ricky Siahaan lalu ditawari menjadi manajer Iko Uwais. Bekerja sama hingga 2022, aktor kebanggaan Indonesia ini telah sukses tampil dan menjadi koreografer laga untuk berbagai film terkenal termasuk Star Wars: The Force Awakens, Headshot, Triple Threat, Mile 22, Stuber, Snake Eyes, serta film seri Wu Assassins. Selain itu, Iko juga pernah menjadi model untuk video klip Seringai, “Adrenalin Merusuh”, pada 2018.
Akhir hayat Ricky Siahaan
Memasuki 2025, Seringai mengumumkan kabar bahagia karena mereka akan menggelar tur Asia Timur, tepatnya di Taiwan dan Jepang. Tur bertajuk Wolves of East Asia tersebut digelar empat kota, pada 11–19 April 2025.
Penampilan terakhir Ricky Siahaan bersama Seringai adalah di Gekiko Fest 2025. Band ini dijadwalkan tampil pada pukul 19.05 hingga 19.35 waktu setempat. Beberapa jam sebelumnya, sang gitaris bahkan masih sempat mengunggah kumpulan potret usai manggung di Merry Go Round Tokyo.
"Merry Go Round wrapped, means there is one more show to go before we fly back. @gekikofest is a finale that we’ve been waiting for. See you tonight!" tulisnya lewat akun Instagram @rickysiahaan.
Saat ini, pihak keluarga dan rekan-rekannya tengah memproses kepulangannya ke Indonesia. Selalu, selamanya, Ricky Siahaan. Rest in peace!