Mitos pernikahan adat Sunda dan Jawa merupakan salah satu yang cukup mengakar kuat di dalam masyarakat. Banyak yang meyakini bahwa pernikahan di antara seseorang dari suku Sunda dengan pasangannya yang mempunyai darah Jawa akan memengaruhi rumah tangga mereka secara negatif. Selain itu, muncul pula mitos larangan pernikahan di antara dua suku tersebut. Bukan tanpa alasan, usut punya usut, hal ini rupanya berasal dari sebuah sejarah di antara kedua suku Sunda dan Jawa di masa lalu.
Lantas, bagaimana awal mula terbentuknya mitos pernikahan Sunda dan Jawa? Berikut penjelasan lengkapnya untukmu.
Awal mula munculnya mitos larangan pernikahan Sunda dan Jawa
Mitos mengenai larangan pernikahan di antara orang Sunda dan Jawa ternyata bermula dari peristiwa perang Bubat, yang terjadi pada 1279 Saka atau 1357 Masehi pada masa pemerintahan Raja Majapahit, Hayam Wuruk di Majapahit. Awalnya, terjadi rencana pernikahan politik di antara Hayam Wuruk dengan putri Raja Prabu Linggabuana yang berasal dari kerajaan Sunda bernama Dyah Pitaloka Citraresmi.
Suatu ketika, Hayam Wuruk mengirimkan utusan kepada Linggabuana untuk menyampaikan keinginannya menikahi Dyah Pitaloka Citraresmi. Prabu Linggabuana pun lantas mengantarkan sang putri ke Majapahit.
Namun tak disangka, ketika rombongan Sunda berkemah di sebuah lapangan bernama Bubat yang dipercaya berlokasi di Jawa Timur, rombongan Sunda berseteru dengan Gajah Mada yang berasal dari Kerajaan Majapahit. Ironisnya, akibat kejadian itu, seluruh anggota kerajaan Sunda tewas seketika. Dengan demikian, pernikahan di antara Hayam Wuruk dan Dyah Pitaloka Citraresmi pun gagal dilaksanakan.
Hayam Wuruk kemudian diceritakan sangat berduka atas kejadian tersebut. Ia bahkan tak henti mengirimkan surat permohonan maafnya kepada kerajaan beserta masyarakat Sunda. Kerajaan Majapahit pun mengalami kemunduran, setelah meninggalnya Gajah Mada pada tahun 1364 Masehi, dan Hayam Wuruk pada 1389 Masehi.
Oleh sebab inilah, larangan pernikahan di antara orang Sunda dan Jawa pun tersebar luas di masyarakat.
Mitos pernikahan orang Sunda dan Jawa
Di samping terdapat sebuah sejarah yang mendasari mitos larangan pernikahan orang Sunda dan Jawa, ada pula mitos yang berkembang dalam masyarakat ketika orang Sunda bersikukuh untuk menikahi pujaan hatinya yang memiliki darah Jawa. Apabila mereka menikah, ditengarai akan menimbulkan hal buruk di dalam rumah tangga keduanya. Berikut mitos pernikahan adat Sunda dan Jawa.
1. Menimbulkan kesialan
Dikutip dari laman Mubadalah, dalam masyarakat Sunda diyakini bahwa apabila laki-laki Sunda menikahi pasangannya yang berdarah Jawa, maka sama seperti ia menikahi kakak perempuan atau ibunya sendiri. Alhasil pernikahan di antara keduanya menciptakan ketidakberkahan serta kesialan.
2. Sosok istri akan lebih mendominasi
Jika pernikahan dilakukan di antara laki-laki Sunda dengan perempuan Jawa, ada anggapan bahwa sosok istri akan jauh lebih mendominasi di dalam hubungan rumah tangga. Sehingga, timbullah ketakutan bahwa peran laki-laki sebagai kepala rumah tangga akan dikalahkan oleh sang istri.
3. Rumah tangga tidak harmonis
Dengan adanya kedua mitos sebelumnya, dipercaya rumah tangga yang terbentuk dari pasangan orang Sunda dan Jawa sulit untuk menemukan kebahagiaan, alias tidak akan berjalan dengan harmonis.
Bagaimana dalam menyikapi mitos tersebut?
Sejarah, serta konstruksi budaya dan sosial berperan dalam membentuk beberapa mitos pernikahan di antara orang Sunda dan Jawa. Walaupun begitu, tidak ada bukti yang menjelaskan secara ilmiah bahwa akan ada hal buruk terjadi jika orang Sunda dan Jawa menikah.
Sebab, pernikahan yang tidak harmonis bukanlah disebabkan dari latar belakang suku yang dimiliki tiap pasangan, melainkan karakter, sifat, serta kedewasaan mereka dalam menyikapi berbagai tantangan yang silih berganti muncul dalam pernikahan.
Oleh karenanya, yang terpenting dalam membangun bahtera rumah tangga ialah kemampuan kedua pasangan untuk berkomunikasi, berkompromi, saling menghargai satu sama lain, serta terus berkomitmen untuk menjaga cinta agar tetap hidup di dalam hubungan.
Semoga artikel ini bermanfaat untukmu ya, Bela!