Manusia adalah makhluk sosial yang pasti membutuhkan bantuan dari orang lain untuk menjalani kehidupan. Untuk itu, hubungan kita kepada sesama manusia yang lain harus tetap terjaga baik.
Agama Islam mengajarkan para umatnya untuk memiliki hubungan yang baik dengan sesama manusia, sekalipun orang tersebut pernah berbuat jahat kepadanya. Allah Ta’ala menyukai umat-Nya yang mau membantu dan memberikan hal positif kepada sesama manusia, baik pada sesama Muslim maupun pemeluk agama lain.
1. Al-Isra ayat 7
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ ۖ وَ إِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا ۚ فَإِذَا جَآءَ وَعْدُ الْأَاخِرَةِ لِيَسُۥٓئُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا
"In ahsangtum ahsangtum li-angfusikum, wa in asa-tum fa lahaa, fa izaa jaaa-a wa'dul-aakhiroti liyasuuu-uu wujuuhakum wa liyadkhulul-masjida kamaa dakholuuhu awwala marrotiw wa liyutabbiruu maa 'alau tatbiiroo."
Artinya:
"Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri. Apabila datang saat hukuman (kejahatan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu lalu mereka masuk ke dalam masjid (Masjidil Aqsa), sebagaimana ketika mereka memasukinya pertama kali dan mereka membinasakan apa saja yang mereka kuasai." (QS. Al-Isra: 7)
Dalam ayat Al-Qur'an tentang hubungan manusia ini, Allah menyerukan kepada manusia untuk perbanyak berbuat baik dan saling menghargai kepada sesama manusia.
Jika kita berbuat jahat, maka kejahatan itu akan berbalik pada diri sendiri. Namun, jika kita berbuat baik kepada sesama, maka Allah-lah yang akan membantu dan mempermudah hidup kita.
2. Al-Hujurat ayat 10
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
"Innamal-mu-minuuna ikhwatung fa ashlihuu baina akhowaikum wattaqulloha la'allakum tur-hamuun."
Artinya:
"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat." (QS. Al-Hujurat: 10)
Ayat ini mengajarkan kita untuk menjadi makhluk yang bisa menjaga hubungan, bahkan dapat berdamai dengan sesama. Selain itu, jangan saling berselisih agar tidak memicu terjadinya perpecahan.
3. Al-Hujurat ayat 11
يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰىٓ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّنْ نِّسَآءٍ عَسٰىٓ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوٓا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقٰبِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمٰنِ ۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَأُولٰٓئِكَ هُمُ الظّٰلِمُونَ
"Yaaa ayyuhallaziina aamanuu laa yaskhor qoumum ming qoumin 'asaaa ay yakuunuu khoirom min-hum wa laa nisaaa-um min nisaaa-in 'asaaa ay yakunna khoirom min-hunn, wa laa talmizuuu angfusakum wa laa tanaabazuu bil-alqoob, bi-sa lismul-fusuuqu ba'dal-iimaan, wa mal lam yatub fa ulaaa-ika humuzh-zhoolimuun."
Artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." (QS. Al-Hujurat: 11)
Dalam ayat ini, Allah Ta’ala melarang umat-Nya untuk merendahkan dan mencela sesama manusia karena itu akan menimbulkan perselisihan. Bahkan, orang yang melakukannya disebut zalim.
4. Al-Hujurat ayat 12
يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
"Yaaa ayyuhallaziina aamanujtanibuu kasiirom minazh-zhonni inna ba'dhozh-zhonni ismuw wa laa tajassasuu wa laa yaghtab ba'dhukum ba'dhoo, a yuhibbu ahadukum ay ya-kula lahma akhiihi maitang fa karihtumuuh, wattaqulloh, innalloha tawwaabur rohiim."
Artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang." (QS. Al-Hujurat: 12)
Pada ayat ini, kita dilarang curiga dan berburuk sangka terhadap orang lain, apalagi mencari-cari keburukan orang untuk jadi bahan ghibah. Sebab, bergunjing artinya sama saja seperti makan bangkai saudaranya sendiri.
5. Al-Hujurat ayat 13
يٰٓأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَأُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقٰىكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
"Yaaa ayyuhan-naasu innaa kholaqnaakum ming zakariw wa ungsaa wa ja'alnaakum syu'uubaw wa qobaaa-ila lita'aarofuu, inna akromakum 'ingdallohi atqookum, innalloha 'aliimun khobiir."
Artinya:
"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti." (QS. Al-Hujurat: Ayat 13)
Ini juga jadi salah satu ayat Al-Qur'an tentang hubungan sesama manusia. Allah menciptakan kita sebagai manusia secara berbeda-beda bukan tanpa tujuan. Hal ini agar kita saling mengenal satu sama lain, termasuk untuk belajar saling menghormati.
6. An-Nisa ayat 86
وَ إِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَآ أَوْ رُدُّوهَآ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلٰى كُلِّ شَىْءٍ حَسِيبًا
"Wa izaa huyyiitum bitahiyyating fa hayyuu bi-ahsana min-haaa au rudduuhaa, innalloha kaana 'alaa kulli syai-in hasiibaa."
Artinya:
"Dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik atau balaslah (penghormatan itu yang sepadan) dengannya. Sungguh, Allah memperhitungkan segala sesuatu." (QS. An-Nisa: 86)
Makna ayat ini adalah sebagai makhluk sosial, manusia dapat saling berinteraksi dan menjalin hubungan yang baik, saling menghormati dengan sesama, serta berkasih sayang.
7. Al-Baqarah ayat 213
كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وٰحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّۦنَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ ۚ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلَّا الَّذِينَ أُوتُوهُ مِنۢ بَعْدِ مَا جَآءَتْهُمُ الْبَيِّنٰتُ بَغْيًۢا بَيْنَهُمْ ۖ فَهَدَى اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِۦ ۗ وَاللَّهُ يَهْدِى مَنْ يَشَآءُ إِلٰى صِرٰطٍ مُّسْتَقِيمٍ
"Kaanan-naasu ummataw waahidah, fa ba'asallohun-nabiyyiina mubasysyiriina wa mungziriina wa angzala ma'ahumul-kitaaba bil-haqqi liyahkuma bainan-naasi fiimakhtalafuu fiih, wa makhtalafa fiihi illallaziina uutuuhu mim ba'di maa jaaa-at-humul-bayyinaatu baghyam bainahum, fa hadallohullaziina aamanuu limakhtalafuu fiihi minal-haqqi bi-iznih, wallohu yahdii may yasyaaa-u ilaa shiroothim mustaqiim."
Artinya:
"Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkan-Nya bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Dan yang berselisih hanyalah orang-orang yang telah diberi (Kitab), setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka sendiri. Maka dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus." (QS. Al-Baqarah: 213)
Ayat ini menegaskan bahwa manusia dari dahulu sampai sekarang merupakan satu umat. Allah Ta'ala menciptakan manusia sebagai makhluk sosial yang saling berkaitan dan membutuhkan.
8. Al-Maidah ayat 2
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُحِلُّوْا شَعَاۤىِٕرَ اللّٰهِ وَلَا الشَّهْرَ الْحَرَامَ وَلَا الْهَدْيَ وَلَا الْقَلَاۤىِٕدَ وَلَآ اٰۤمِّيْنَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ يَبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرِضْوَانًاۗ وَاِذَا حَلَلْتُمْ فَاصْطَادُوْاۗ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ اَنْ صَدُّوْكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اَنْ تَعْتَدُوْۘا وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ
"Yâ ayyuhalladzîna âmanû lâ tuḫillû sya‘â'irallâhi wa lasy-syahral-ḫarâma wa lal-hadya wa lal-qalâ'ida wa lâ âmmînal-baital-ḫarâma yabtaghûna fadllam mir rabbihim wa ridlwânâ, wa idzâ ḫalaltum fashthâdû, wa lâ yajrimannakum syana'ânu qaumin an shaddûkum ‘anil-masjidil-ḫarâmi an ta‘tadû, wa ta‘âwanû ‘alal-birri wat-taqwâ wa lâ ta‘âwanû ‘alal-itsmi wal-‘udwâni wattaqullâh, innallâha syadîdul-‘iqâb."
Artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar (kesucian) Allah, jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) hadyu (hewan-hewan kurban) dan qalā’id (hewan-hewan kurban yang diberi tanda), dan jangan (pula mengganggu) para pengunjung Baitulharam sedangkan mereka mencari karunia dan rida Tuhannya! Apabila kamu telah bertahalul (menyelesaikan ihram), berburulah (jika mau). Janganlah sekali-kali kebencian(-mu) kepada suatu kaum, karena mereka menghalang-halangimu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada mereka). Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya." (QS. Al-Maidah: 2)
Pada bagian akhir ayat ini menegaskan manusia agar saling tolong-menolong dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa serta melarang tolong-menolong untuk perbuatan dosa maupun permusuhan. Hal ini dikarenakan tolong-menolong dalam keburukan merupakan perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT.
9. Al-Mumtahanah ayat 8
لَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ
"Lâ yan-hâkumullâhu ‘anilladzîna lam yuqâtilûkum fid-dîni wa lam yukhrijûkum min diyârikum an tabarrûhum wa tuqsithû ilaihim, innallâha yuḫibbul-muqsithîn."
Artinya:
"Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil." (QS. Al-Mumtahanah: 8)
Ayat ini mengajak manusia untuk berbuat baik pada siapa pun, baik sesama muslim maupun non-muslim. Tidak ada larangan umat Islam untuk berbuat baik kepada umat lain selain Islam selama mereka tidak mengajak pada hal-hal yang berbau penyimpangan atau kemaksiatan yang dapat merusak akidah.
10. An-Nur ayat 16
وَلَوْلَآ اِذْ سَمِعْتُمُوْهُ قُلْتُمْ مَّا يَكُوْنُ لَنَآ اَنْ نَّتَكَلَّمَ بِهٰذَاۖ سُبْحٰنَكَ هٰذَا بُهْتَانٌ عَظِيْمٌ
"Walau lâ idz sami‘tumûhu qultum mâ yakûnu lanâ an natakallama bihâdzâ sub-ḫânaka hâdzâ buhtânun ‘adhîm."
Artinya:
"Mengapa ketika mendengarnya (berita bohong itu), kamu tidak berkata, “Tidak pantas bagi kita membicarakan ini. Mahasuci Engkau. Ini adalah kebohongan yang besar.” (QS. An-Nur: 16)
Surat An-Nur ayat 16 mengajarkan kepada kaum muslimin untuk tidak mudah percaya dan menyebarkan berita bohong atau hoaks tanpa bukti yang kuat. Hal ini dikarenakan dapat merugikan orang lain. Oleh karena itu, sebaiknya kamu mencari kebenarannya terlebih dahulu sebelum menyebarkan suatu berita yang didengar.
Dalil tentang interaksi manusia untuk selalu menghargai sesama
Sejatinya, manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Maka dari itu, penting sekali untuk menjaga silatuhrami dan interaksi sosial sebagai bentuk untuk memperkuat kebersamaan.
Dengan menerapkan prinsip ini, manusia bisa menciptakan kerukunan dan mempermudah interaksi antar sesama. Kalau merujuk hadis dari Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, “Allah akan selalu memberi pertolongan kepada seseorang selama ia memberi pertolongan kepada saudaranya (sesamanya)."
Berikut adalah dalil tentang interaksi manusia untuk selalu menghormati dan menghargai sesamanya.
- Hadist Qudsi Mengenai Keutamaan Silaturahmi
“Lalu, Allah berfirman, ‘siapa yang bersilaturahmi denganmu, Aku menyambung kebaikannya. Dan siapa yang memutus silaturahmi denganmu, Aku memutus (kebaikan darinya).” (HR. Bukhari). - Hadist Tentang Hukuman Bagi yang Memutus Tali Silaturahmi
مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللَّهُ تَعَالَى لِصَاحِبِهِ الْعُقُوبَةَ فِي الدُّنْيَا – مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ فِي الآخِرَةِ – مِثْلُ الْبَغْىِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ
Artinya: “Tak ada dosa yang lebih pantas disegerakan biasanya bagi para pelakunya di dunia, bersama dosa yang disimpan untuknya di akhirat, daripada perbuatan zalim dan memutus silaturahmi.” (HR. Abu Dawud).
- Hadist Tentang Keutamaan Silaturahmi
Dalam sebuah riwayat, Aisyah meriwayatkan tentang Rasulullah SAW yang bersabda, “Kekerabatan itu berada di Arasy, ia berkata, ‘Siapa yang menyambungku niscaya Allah akan menyambungkan kepadanya (kebaikan), dan siapa yang memutusku, maka Allah akan memutus darinya (kebaikan).” (HR. Bukhari dan Muslim).
Itulah sepuluh kumpulan ayat tentang hubungan manusia dengan manusia dalam Al-Qur'an. Semoga kita bisa konsisten untuk menjalin hubungan yang baik dengan sesama, ya!